Wednesday, July 22, 2009

mulai bercerita

Misalnya ada batu besar berlumut berduri-duri dianak-pinaki ular-ular lugu berbisa jitu menghalangi jalan satu-satunya yang kau pikir bisa kau lewati, apa yang memang sudah seharusnya kau lakukan?

Bersembunyi, menepi, terisak sendiri, mencicipi asin air mata, dan kau jujur tak tau harus bagaimana.

Atau berusaha berkompromi dengan keadaan, mencari jalan yang tak terfikirkan, berpelipir igir-igir dengan kengerian akan kematian, lalu berprasangka baik pada masa depan.

Aku memilih mendekati si batu, permisi dengan ular-ular lugu, berpegang pada duri, terpeleset lumut dan mati… tapi sayang nyawaku mudah kembali. Aku hidup lagi dengan posisi membatu berpegang pada duri, awas dengan lumut licin berlendir, sang ular lugu yang tak tau apa itu aku atau pengganggu, memagut dan mematuk tepat di jidat, sesaat membuat rasa hidup hilang, tapi sudah kubilang, aku tak peduli mati karena mudah hidup lagi, terkena sedikit bujuk rayu kesadaran merasa dengan konsep pertemanan ala mafia.

Kehidupan:“hey sobat, teruslah hidup dan berteman denganku, dan kau pasti tau kan apa yang sudah seharusnya dilakukan seorang teman?”

Aku terus memanjat batu, kadang kadang sekitar terang kadang gelap seperti mati lampu, tak tahu lah apa ini apa itu.

No comments:

Post a Comment