Tuesday, May 14, 2013

Orang Kampung

Dalam perjalanan ke Slipi saya lihat seorang bapak lagi usap-usap bagian belakang mobilnya. Catnya sedikit terkelupas. Disebelahnya ada ibu-ibu. Diam saja, mungkin bingung. Tak menyangka mobilnya akan menyundul mobil lain dipagi yang cerah ini. Saya juga bingung. Pantat mobil ko diusap-usap penuh sayang begitu. Begitu cintanya kita akan harta benda. Lecet dikit, pokoknya harus ganti! Belinya mahal wooi! Tapi siapa suruh beli mobil mahal-mahal. Giliran lecet, tak peduli si penabrak itu pengemudi yang lagi bokek karena harus nanggung biaya berobat istrinya, pokoknya ganti ganti ganti! Bukannya saya membela sikap tidak bertanggung jawab. Tapi bukankah kita juga perlu memahami kondisi orang lain? Pernah, dalam perjalanan mudik ke Kebumen, mobil bapak saya ditabrak oleh pengendara motor dari belakang. Entah meleng entah sial. Bemper mobil bapak saya bolong. Bapak saya minta ganti. Pengemudi motor yang tampangnya melas dan bajunya lusuh itu bilang sama sekali tak punya uang. Bapak saya tetap menuntut. Kunci motornya diambil, masuk lagi ke mobil, lalu pura-pura tancap gas (maksudnya jalanin mobil tapi pelan-pelan). Lari-lari pengemudi motor itu mengejar mobil Bapak saya. Karena sudah cukup jauh pengemudi itu mengejar, Bapak saya lalu berheti. Sambil ngos-ngosan dia sodorkan uang dan bilang, "Ini pak, cuma ada tuga puluh ribu.." Bapak saya ambil uangnya, kasih kunci motornya, terus tancap gas lagi. Malamnya, mobil Bapak saya hampir merosot ke jurang. Meskipun sudah mati-matian ditarik oleh keluarga saya yang ikut mudik, ceritanya si mobil tetap di posisi hampir merosot ke jurang. Tiba-tiba ada dua warga kampung datang. Entah kenapa mereka sudah bawa tali. Kami semua disuruh minggir. Tali diikat ke bagian belakang mobil, lalu ditarik dengan mudahnya, seakan tak makan tenaga mereka sama sekali. Karena mereka langsung pamit, mamah saya buru buru ngejar mau kasih duit. Tapi mereka melambai, menolak, melengos. "Dasar orang kampung!" kata mamah saya. Mereka memang orang kampung, tapi sebenarnya siapa yang lebih kampungan? Orang kampung yang menolak duit, atau orang kota yang di tengah jalan ngelus-ngelus pantat mobil dengan penuh sayang dan tutup mata dengan kesusahan orang? Semoga saya tumbuh dewasa jadi orang kampung.

No comments:

Post a Comment