Sunday, February 1, 2015

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta

Sekarang saya suka jalan-jalan sendirian. Karena semakin kesini rasanya makin sukar jalan bareng kawan-kawan. Ada ajakan pun saya sering tidak nafsu. Tapi saya suka jalan-jalan dan berjanji sama diri saya sendiri kalau saya akan jalan-jalan sampai tua. Jadi, saya sesekali jalan-jalan sendirian. Saya ditemani sih, sama kamera saya, hehe. Alasan untuk foto-foto pemandangan buat saya sudah cukup jadi alasan dan jadi teman jalan. Tempo waktu saya pernah jalan-jalan sendiri ke Sunda Kelapa. Tapi saya nggak kepikiran cerita sesuatu dari sana. Kali ini saya ada kesempatan ke pura di daerah Ciapus dan ada cerita yang mau saya tulis.
Saya kira Pura Parahyangan Agung Jagatkarta yang terletak di Ciapus, kaki Gunung Salak, ini adalah situs purbakala. Ternyata, kata si penjaga pura, tempat ibadah itu baru dibangun pada 1995. Si penjaga pura ini berlogat Bali, begitu pula sang pendiri pura katanya adalah orang Bali yang mendapat telisik untuk membangun pura di wilayah ini. Kabarnya, lokasi berdirinya pura adalah tempat moksa Prabu Siliwangi dan prajurit-prajuritnya.
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta pun dibangun. Batu pertamanya diletakan tahun 1991. Batu untuk membuat pura ini adalah batu hitam yang diboyong langsung dari Bali. Dipasang pula patung-patung batu yang diukir oleh tangan-tangan mahir. Dikelilingi pohon kamboja, saya jamin pengunjung sejenak akan lupa kalau lokasi pura ini di Ciapus. Rasa Bali tidak hanya ada di pura. Pohon-pohon di jalanan sekitar pura beberapa diberi sarung, persis di Bali kalau nggak denger orangt-orang di sana ngomong dengan logat sunda. Pura-pura megah dari zaman kerajaan Siliwangi memang telah lama lenyap tergempur Islam. Setelah terbangun pura Jagatkarta dinobatkan sebagai pura terbesar di Pulau Jawa. Kalau tidak salah sang penjaga pura bilang telisik untuk membangun pura itu datangnya dari Prabu Siliwangi sendiri. Kata Prabu, buatlah pura besar di Jawa Barat dan izinkan masuk siapapun yang ingin bertemu dengannya. Baik umat muslim, Kristen, dan penganut agama lain. Dari pada menganggap perkataan penjaga pura itu usaha Hinduisasi, saya memilih untuk mendengarnya sebagai ajakan damai.
Ajakan damai itu juga pernah saya rasakan di Bali. Sewaktu saya hendak mendaki gunung Agung bersama beberapa kerabat pecinta alam dari Bali. Pintu masuk jalur pendakian Gunung Agung adalah pura besar, namanya pura Pasar Agung kalau tidak salah. Mereka berdoa disana memohon keselamatan. Saya tanya apa saya boleh ikut berdoa. Mereka bilang boleh, berdoalah kepada tuhan yang diyakini hati kita katanya. Saya berdoa dihadapan situs peribadatan hindu yang dibangun dari batu-batu hitam, seperti batu di Pura Jagatkarta. Di bangunan pura teratas ada yang sedang berdoa sambil membunyikan lonceng kecil. Ditambah kabut, bayangan gunung, semerbak dupa dan bunga kenanga, eksotisme berdoa di sana tak terlupa hingga kini. Itu hal yang saya rasa istimewa dari umat Hindu, tempat peribadatannya banyak yang mendekat ke kaki gunung. Saya tidak tahu apa maksudnya, tetapi saya merasa tempat-tempat ibadat itu menawarkan nuansa damai bagi pengunjungnya. Terlebih, tempat ibadat ini terbuka bagi semua umat. Dengan lokasi yang sejuk, rancang bangun yang eksotis dan megah, tempat-tempat ibadat umat Hindu tak jarang jadi objek wisata. Pun juga Pura Parahyangan Agung Jagatkarta ini. Tapi sayangnya, yang datang ke pura bukan untuk beribadah sepertinya jarang yang mau paham kalau yang mereka datangi adalah tempat ibadah. Penjaga pura bilang kalau pagar pembatas untuk pengunjung dibuat karena mereka merasa terganggu dengan turis yang seenaknya mengambil gambar umat-umat hindu yang sedang beribadah. Saya melihat-lihat pura tidak sampai 20 menit. Karena tempatnya tidak nyaman untuk pengunjung yang dibatasi sampai halaman samping saja. Kalau mau ibadah baru boleh masuk ke dalam. Bagi yang tidak beragama Hindu beribadahnya akan didampingi penjaga. Saya penasaran apa yang ada di dalamnya. Jadi, bukan saya mau masuk agama Hindu, tapi suatu saat saya berniat ke pura ini lagi untuk ibadah.

2 comments: